Objek Wisata di Kota Makassar
Pantai Losari

Pulau Samalona

Benteng Somba Opu

Fort Rotterdam

Setelah Benteng diserahkan kepada Belanda, Benteng kembali dibangun dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda kemudian namanya diubah menjadi Ford Rotterdam. Benteng ini kemudian digunakan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah di Wilayah Indonesia Timur. Pada masa penjajahan Jepang, Benteng ini difungsikan sebagai pusat studi pertanian dan bahasa. Kemudian TNI dijadikan sebagai pusat komando. Dan sekarang Benteng ini menjadi pusat kebudayaan dan seni.
Di dalam Benteng ini terdapat beberapa ruang tahanan/penjara yang slaah satunya digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Selain itu, terdapat juga sebuah gereja peninggalan Belanda dan Meseum La Galigo yang menyimpan kurang lebih 4.999 koleksi. Koleksi tersebut meliputi koleksi prasejarah, numismatic, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi Etnografi ini terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar, da Toraja. Saat ini, selain sebagai tempat wisata bersejarah, Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan Sulawesi Selatan.
Hutan Malino
Malino merupakan kawasan wisata yang memiliki panorama alam yang
sangat menakjubkan. Kawasan ini berada di ketinggian 1.500 meter di atas
permukaan laut terdapat Hutan Wisata Malino atau lebih dikenal dengan
sebutan Hutan Pinus, karena terdapat banyak deretan pohon pinus yang
tumbuh subur, kokoh, dan rindang. Selain itu, di kawasan ini juga
terdapat tumbuhan peninggalan Belanda yang terbilang langka, seperti
tumbuhan edelweiss dan pohon turi yang bunganya berwarna orange, serta
jenis bunga masamba yang berubah warna setiap bulan.
Disekitar kawasan wisata ini terdapat juga perkebunan markisa yang menghasilkan minuman khas Kota Malino, yaitu jus markisa dan beberapa tempat wisata lainnya, seperti, Air Terjun Takapala yang terletak di Bulutana, air Terjun Lembanna yang berada sekitar 8 km dari Kota Malino, Pemandian Lembah Biru, Perkebunan The di daerah Pattapan, dan Tanaman Holtikultura di daerah Karenpia.
Kawasan wisata ini terletak di sebelah selatan Kota Makassar, tepatnya di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, sekitar 70 km dari Kota Sungguminasa (Gowa) atau 90 km dari Kota Makassar.
Disekitar kawasan wisata ini terdapat juga perkebunan markisa yang menghasilkan minuman khas Kota Malino, yaitu jus markisa dan beberapa tempat wisata lainnya, seperti, Air Terjun Takapala yang terletak di Bulutana, air Terjun Lembanna yang berada sekitar 8 km dari Kota Malino, Pemandian Lembah Biru, Perkebunan The di daerah Pattapan, dan Tanaman Holtikultura di daerah Karenpia.
Kawasan wisata ini terletak di sebelah selatan Kota Makassar, tepatnya di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, sekitar 70 km dari Kota Sungguminasa (Gowa) atau 90 km dari Kota Makassar.
Sanggar Kerajinan Tenun Sutra
Hasil produksi dari kerajinan tenun ini berupa baju bodo, dasi, sarung selendang, kipas, dompet, tempat lipstick dan produk kerajinan tenun lainnya. Tenunan sutera dari kabupaten Sidrap memiliki reputasi yang sangat baik, cocok dijadikan sebagai cindera mata. Terletak di Desa Carawali Kecamatan Watang palu, sekitar 14,5 Km arah barat daya kota Sidrap.
Makam Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16 yang sangat terkenal dengan keberaniannya melawan colonial Belanda di Sulawesi Selatan. Ia dijuluki oleh penjajah Belanda sebagai Ayam Jantan dari Timur. Ia lahir pada tahun 1629 dan diangkat menjadi Raja Gowa selama 17 tahun hingga tahun 1669. Diusia 41 tahun, pada tahun 1670, Sultan Hasanuddin wafat. Ia dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Gowa.
Disebelah kiri depan komplek pemakaman terdapat sebuah batu “Tomanurung” atau disebut juga “Batu Pallantikan” sebagai tempat pelantikan raja-raja Gowa. Di makam ini terdapat informasi tentang sejarah hidup Sultan Hasanuddin dan kita juga dapat melihat makam Raja Gowa lainnya, seperti Sultan Alauddin dan makam Raja Tallo. Disekitar makam ini juga terdapat sebuah mesjid kuno yang dibangun pada tahun 1630.
Makam ini terletak di Komplek Pemakaman di jalan Palantika, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Museum Balla Lompoa
Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari Istana Kerajaan Gowa yang didirikan oleh pemerintahan Raja Gowa ke-31 pada tahun 1936. Arsitektur bangunan ini berbentuk rumah khas orang Bugis, yaitu rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Dibangun di atas lahan seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi.
Bangunan ini terdiri dari dua bagian, ruang utama seluas 60 x 40 meter yang di dalamnya terdapat kamar pribadi raja, tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, bilik kerajaan dengan luas masing-masing bilik berukuran 6 x 5 meter, dan ruang teras (ruang penerima tamu) seluas 40 x 4,5 meter. Bangunan ini banyak dilengkapi jendela yang merupakan cirri khas rumah bugis dengan ukuran masing-masing jendela adalah 0,5 x 0,5 meter. Museum ini merupakan tempat penyimpanan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa.
Museum Balla Lompoa ini terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No. 48 Sungguminasa, Somba Opu, Kabupaten Gowa, yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar.
Pantai Tanjung Bira
Tanjung Bira merupakan pantai pasir putih yang halus dan bersih dengan air laut yang jernih yang sangat terkenal di Sulawesi Selatan. pengunjung juga dapat menyaksikan matahari terbit dan terbenam serta keindahan dua pulau yang ada didepannya yaitu pulau Liukang loe dan pulau Kambing (tidak berpenghuni). Tanjung Bira terletak sekitar 200 km dari Kota Makassar atau 40 km dari Kabupaten Bulukumba. Tempat ini telah dilengkapi fasilitas berupa tempat parkir, penginapan, hotel, villa, bungalow, dan restaurant dan lain-lain. Di kawasan pantai juga terdapat pelabuhan fery yang siap mengantar pengunjung yang ingin berwisata ke pulau Selayar..
Rental Motor di Makassar
Kuliner Makassar
Rental Motor Makassar
Sumber : www.sulsel.go.id